BCG Matrix di Bisnis Klinik Kedokteran Gigi

Saat marketing merupakan sebuah kegiatan yang tidak terpisahkan pada bisnis klinik gigi. Disadari maupun tidak, disengaja maupun tidak, saat ini owner/pengelola klinik gigi melakukan kegiatan marketing, baik secara offline maupun secara online. Status dan postingan dokter gigi pada akun media sosialnya menyiratkan bahwa marketing tidak terpisahkan dari kegiatan owner klinik gigi sehari-hari.

BCG Matrix

BCG matrix adalah sebuah tolls untuk mengukur prioritas pemasaran sebuah produk yang didapat dari membandingkan jumlah penjualan sebuah produk dengan penguasaan pasar (market share) produk tersebut di wilayah pemasarannya. Dalam bisnis klinik gigi, BGC matrix dapat diterapkan untuk menentukan prioritas layanan-layanan apa yang harus didahulukan pada kegiatan marketing klinik gigi tersebut. Sehingga biaya yang digunakan menjadi efektif, karena kegiatan marketing dilakukan pada layanan-layanan yang yang berpotensi menambah profit bagi klinik gigi tersebut.

Layanan kategori “Sapi perah”

  Layanan yang masuk dalam kategori “sapi perah” adalah layanan-layanan yang pertumbuhan jumlah pasiennya sudah tidak agresif lagi, bahkan mendekati stagnan, namun mempunyai penguasaan pasar yang besar. Disebut sebagai “sapi perah” karena sebagian besar profit klinik berasal dari layanan tersebut.  
Baca juga : 5 Strategi Digital Marketing bagi Klinik Kedokteran gigi
  Misalkan sebuah klinik gigi terkenal dengan hasil scaling yang memuaskan pasien, dengan harga yang terjangkau, namun klinik gigi juga masih mendapatkan profit yang optimum dari layanan scaling ini. Sstelah melakukan market research, diketahui bahwa 60% pasien di wilayah pemasaran klinik gigi tersebut melakukan scaling di klinik gigi itu. Namun, pertumbuhan pasiennya sudah tidak lagi agresif, pasien sekitar 100 orang per bulan yang melakukan scaling di klinik itu. Walapun pasien tidak bertambah, namun dengan profit sekitar 300 ribu per pasien, maka rata-rata tiap bulan klinik gigi ini mendapatkan net profit dari layanan scaling sebesar 30 jt, sebuah nilai yang lumayan.   Karena jumlah pasien sudah tidak lagi bertumbuh, namun masih mempunyai market share yang besar, maka layanan scaling ini harus dipertahankan agar pasien eksisting tidak pindah ke klinik lain, sehingga pemasaran yang bertujuan untuk menambah pasien-pasien baru scaling tidak dilakukan, karena memakan biaya yang cukup besar untuk mendatangkan pasien-pasien baru. Namun kegiatan marketingnya dikansentrasikan bagaimana menjaga pasien-pasien scaling tersebut tetap loyal kepada klinik gigi tersebut.  
Baca juga : 5 Manfaat memiliki Website bagi Klinik Kedokteran gigi
 

Layanan kategori “Bintang”

Layanan yang masuk kategori “bintang” adalah layanan-layanan yang masih mengalami pertumbuhan pasien yang agresif dan dalam jumlah market share yang juga besar. Layanan “bintang” juga memberikan potensi profit yang baik dalam setiap layanannya. Layanan ini disebut “bintang” karena dalam waktu yang singkat mempunyai pertumbuhan pasien yang agresif dalam jumlah yang besar dan memberikan profit yang juga memuaskan. Misalkan sebuah klinik baru saja launching layanan pemasangan behel dimana sebelumnya sangat sedikit kompetitor di wilayah pemasarannya yang menyediakan layanan pemasangan behel. Karena itu pasien bertumbuh dengan jumlah yang agresif, dan juga memberikan keuntungan yang baik dalam setiap layanan behel. Misalkan untuk pemasangan behel seharga 2,5 jt, klinik mendapatkan profit 25%, sehingga profit klinik per pemasangan behel adalah Rp. 625 ribu, sebuah nilai yang bagus pada profit layanan klinik gigi.   Dengan keadaan seperti ini dan pasien terus bertumbuh dari 10 pasien per bulan, menjadi 20 pasien bulan berikutnya dan 30 pada bulan berikutnya, menjadikan layanan ini sebagai “bintang” layanan di klinik gigi tersebut. Layanan “bintang” ini harus mendapatkan prioritas utama dalam marketing campaign klinik gigi tersebut dengan mengarahkan marketing untuk menambah kunjungan pasien-pasien behel baru ke klinik gigi. Marketing campaign untuk mendatangkan pasien baru itu berbiaya besar, karena itu harus diarahkan pada layanan-layanan yang sangat menjanjikan profit yang bagus bagi klinik gigi, seperti kasus layanan behel di klinik gigi ini.  

Layanan kategori “Tanda Tanya”

Layanan yang masuk kategori “?” atau tanda tanya adalah layanan-layanan yang bertumbuh dalam jumlah agresif tetapi dengan market share yang kecil. Biasanya layanan ini adalah layanan baru yang di launching oleh klinik, tetapi market sharenya sudah dikuasai oleh kompetitor. Layanan ini masih berupa tanda tanya “?” bagi klinikgigi, karena tumbuh agresif dalam jumlah yang kecil, tetapi juga belum bisa menjanjikan profit yang sustainable bagi klinik. Misalkan sebuah klinik gigi baru saja melaunching layanan implant. Pasien terus bertumbuh, namun dalam angka yang masih kecil. Mulai dari 1 pasien per bulan, kemudian 2 pasien per bulan, kemudian 3 pasien per bulan. Pertumbuhan yang cukup agresif, namun dalam jumlah yang kecil namun bisa memberikan profit yang bagus. Dengan tarif implant 15 jt, maka profit 20% klinik dari layanan implant adalah sekitar 3 jt per bulan. Sebuah nilai yang bagus bagi profit sebuah layanan, tetapi harus dalam jumlah yang signifikan. Owner klinik juga harus berhitung karena modal alat dan bahan yang digunakan untuk implant juga tidak murah. Owner harus memutuskan apakah layanan ini berpotensi bagus di kemudian hari atau tidak. Apabila owner memutuskan layanan ini berpotensi bagus untuk bertambah lebih banyak lagi pasiennya, maka bisa dilanjutkan kepada marketing campaign guna mendatangkan lebih banyak pasien. Namun, apabila dilihat potensinya belum jelas, owner tidak usah melakukan marketing campaign untuk layanan implant.

Layanan kategori “Hewan Peliharaan”

Layanan kategori “hewan peliharaan” adalah layanan-layanan yang jumlah pasiennya tidak lagi bertumbuh dan market share nya juga kecil dibanding dengan pasien-pasien layanan ini yang ada di pasar. Hal ini bisa terjadi karena layanan ini sudah sangat umum di sediakan oleh klinik-klinik gigi kompetitor dan juga sudah dikuasai oleh pemegang market share terbesar. Karena itu klinik gigi ini hanya mendapatkan “sisa-sisa” saja. Layanan seperti ini juga biasanya profitnya dibawah rata-rata profit normal.  
Baca juga : Marketing Funnel Kedokteran gigi
  Misalkan sebuah klinik sudah lama mengerjakan layanan pembuatan gigi palsu. Dengan bertambahnya kompetitor yang mengerjakan gigi palsu di wilayah pemasaran sebuah klinik gigi, maka pasien gigi palsu yang datang ke klinik tersebut hanya tinggal 3 pasien per bulan. Dan juga karena sengitnya persaingan pada layanan gigi palsu, maka tarif pun tidak bisa mahal, yang akibatnya hanya mendapatkan profit yang sedikit. Dengan tarif pasaran pembuatan gigi tiruan full rahang sebesar 2 jt, dan mahalnya biaya lab, misalkan klinik hanya bisa mendapatkan profit 10% saja, atau Rp. 200 ribu. Secara bisnis nilai profit ini jauh dibawah target profit klinik yang minimal 20%. Namun dengan pertimbangan kelengkapan pelayanan klinik, maka layanan ini tetap dipertahankan untuk menjaga tidak ada pasien yang pergi ke klinik lain dikarenakan tidak tersedianya layanan pembuatan gigi palsu di klinik tersebut. Layanan kategori “hewan peliharaan” ini jelas tidak memiliki potensi untuk memberikan keuntungan yang besar, karena pasar sudah “hancur” dengan tarif pasar yang murah. Namun juga tidak bisa serta merta dihilangkan, karena pasien-pasien loyal klinik juga akan membeli layanan pembuatan gigi palsu di klinik tersebut. Untuk layanan seperti ini, kalau tidak bisa di likuidasi, maka tetap dipertahankan tetapi dengan tidak memberika slot untuk marketing campaign.
    sumber artikel disunting dari https://bisnisklinikgigi.com/index.php/pemasaran-klinik-gigi/71-bcg-matrix-pada-bisnis-klinik-gigi

Bagikan produk ke :