Kelainan Variasi Normal Lidah yang dipicu Makanan Pedas dan Panas pada Pasien Anemia

Kelainan Variasi Normal Lidah yang dipicu Makanan Pedas dan Panas pada Pasien Anemia

Seorang pasien perempuan berusia 18 tahun datang berobat ke Poliklinik Ilmu Penyakit Mulut RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, dengan keluhan rasa sakit, perih dan panas pada lidah, terutama pada bagian punggung lidah. Pasien mengatakan bahwa sejak ia berusia 7 tahun diketahui terdapat gambaran merah keputih- putihan dan ada celah dangkal pada punggung lidahnya, tetapi sejak satu tahun yang lalu terdapat keluhan pada lidah berupa rasa nyeri dan mati rasa disertai rasa seperti tertusuk-tusuk terutama setelah mengonsumsi makanan panas dan pedas. Dari anamnesis diketahui sejak satu tahun yang lalu terdapat riwayat mengonsumsi makanan seblak yang pedas dan panas hampir setiap hari yang dibeli di sekolah dan atau membuat sendiri di rumah. Tidak ada riwayat alergi makanan dan tidak ada keluhan pada lambung. Pasien mengobati dengan mengonsumsi larutan penyegar tetapi tidak ada perbaikan. Pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan intra oral pada dorsum lidah terdapat daerah atrofi pada papilla filiformis, tidak beraturan dengan gambaran seperti pulau, eritematous dengan tepi meninggi, batas tegas dan irreguler berwarna putih kekuningan. Tampakbeberapa celah atau lekukan tersebar pada dengan kedalaman yang bervariasi antara 2-4 mm median, lateral, anterior dan posterior dorsum lidah dan panjang antara 5-15 mm (Gambar 1).
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral maka diagnosis ditegakkan sebagai geographic tongue disertai fissured tongue. Tatalaksana yang diberikan berupa terapi farmakologi vitamin B12 dan asam folat serta obat kumur chlorhexidine gluconate 0,2%. Tatalaksana non farmakologi berupa instruksi kesehatan rongga mulut, antara lain membersihkan seluruh permukaan gigi dengan sikat gigi berbulu halus, membersihkan lidah dengan kasa steril yang dibasahi chlorhexidine gluconate 0,2% dengan cara mengusap permukaan lidah dari posterior ke anterior satu arah dan sedikit tekanan secara perlahan dan dilakukan minimal 2 kali sehari yaitu pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Selain itu juga diberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang berisi penjelasan bahwa sesungguhnya penampilan lidah tersebut merupakan kondisi variasi normal, yang biasanya tidak bergejala, tetapi dapat menjadi bergejala karena dipicu oleh pola konsumsi makanan yang
panas dan pedas secara terus menerus. Pasien disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang pedas dan panas tersebut, serta lebih banyak mengkonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang, seperti protein hewani dan nabati, sayur- sayuran dan buah-buahan serta mengkonsumsi cukup air putih setiap harinya. Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan penunjang hematologi, imunoserologi, pemeriksaan mikrobiologi, serta Kontrol 1 minggu kemudian. Kontrol ke-1, keluhan utama pada pasien sudah berkurang dan sudah mulai sedikit mengurangi mengkonsumi seblaknya. Hasil pemeriksaan intra oral (Gambar 2) terlihat adanya perbaikan yaitu lesi eritematous tampak berkurang kemerahannya dan hasil pemeriksaan laboratorium (Tabel 1) memberikan gambaran kelainan pada nilai hemoglobin dibawah batas normal. Pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu imunoserologi (IgE) dalam batas normal, dan pemeriksaan mikrobiologi yaitu pewarnaan kalium hidroksida (KOH) dengan hasil hypha negatif.  
Tatalaksana farmakologi yang diberikan adalah sama seperti kunjungan pertama yaitu vitamin B12 dan asam folat serta diberikan tambahan preparat Fe untuk tatalaksana nilai hemoglobin yang dibawah batas normal. Tatalaksana non farmakologi yang diberikan yaitu instruksi kesehatan rongga mulut sama seperti kunjungan sebelumnya dan lebih ditekankan lagi pada KIE yaitu tidak mengkonsumsi makanan seblak yang pedas dan panas serta lebih banyak mengkonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang seperti protein hewani dan nabati, sayur- sayuran dan buah-buahan dan mengkonsumsi cukup air putih setiap harinya, serta disarankan untuk pemeriksaan hematologi 8 parameter saat kontrol 2 minggu.
Pertemuan pada kontrol ke-2, keluhan utama pada pasien sudah jauh berkurang dan sudah jarang mengkonsumsi seblak dan jika sesekali mengkonsumsi seblak dalam kondisi tidak pedas dan tidak panas. Gambaran intra oral (Gambar 3) terlihat ada perbaikan tampilan pada lesi eritematous yang menipis dan hilangnya batas peninggian yang berwarna putih serta hasil pemeriksaan hemoglobin sudah dalam batas normal (Tabel 2). Pasien menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam pengobatan selama 3 minggu. Laporan kasus ini telah mendapatkan persetujuan dari pasien melalui informed consent yang diberikan.

PEMBAHASAN

Geographic tongue pertama kali dijelaskan oleh Reiter pada tahun 1831 disebut juga sebagai benign migratory glossitis, annulus migran, wandering rash, dan erythema migran.11,17 Prevalensi sekitar 0,6 - 4,8% dari populasi dunia dan telah diamati pada berbagai usia, tidak ada korelasi pasti yang dilaporkan diantara usia dan jenis kelamin, tetapi beberapa penelitian menyebutkan lebih banyak terjadi pada perempuan.8,11,17,18
Gambaran klinis dari geographic tongue adalah terdapat daerah eritromatous yang menggambarkan atropi papila atau depapilasi filiformis lidah dengan batas irreguler dan berwarna keputihan yang terjadi karena regenerasi papila dan hiperkeratosis memberikan gambaran seperti pola peta terkadang hanya terdapat area kemerahan tanpa adanya batas keputih-putihan.18,19 Geographic tongue bersifat asimptomatik, terdapat masa aktif, remisi dan reaktif yang muncul kembali dengan lokasi, bentuk dan ukuran yangberbeda. Migrasi ini dibuktikan dengan adanya deskuamasi epitel di satu lokasi dan proliferasi di tempat yang lainnya.17 Tepi lateral dan ujung lidah adalah lokasi yang paling umum, kemudian diikuti oleh permukaan dorsal dan ventral.5,8,12,19
Geographic tongue pada masa aktif akan menampakkan gambaran lesi dengan batas tegas berwarna keputihan, sedangkan pada masa remisi atau pasif tidak didapatkan tepi lesi yang meninggi tetapi masih memiliki daerah depapillasi yang berpindah dari satu bagian lidah ke area lain. Masa aktif tersebut terkadang bersifat simptomatik seperti adanya gejala rasa perih, terbakar dan nyeri.8,12,19 Keadaan ini merupakan kondisi yang sama pada pasien laporan kasus ini dimana terdapat gambaran klinis geographic tongue pada masa aktif dengan keluhan adanya rasa perih dan nyeri pada lidah dan memberikan gambaran klinis masa pasif setelah 3 minggu pengobatan. Selain geographic tongue, pada pasien ini juga ditemukan adanya fissured tongue, yaitu suatu kondisi berupa celah atau lekukan pada permukaan dorsal lidah dengan ukuran dan kedalaman yang bervariasi.4,11 Fissured tongue sama halnya dengan geographic tongue termasuk kedalam variasi normal dengan prevalensi kurang dari 10% dalam populasi. Klasifikasi dari fissured tongue berdasarkan pola fissured terbagi menjadi 5 tipe yaitu tipe central longitudinal, tipe central transverse, tipe lateral longitudinal, tipe branching, tipe diffuse.4 Etiologi dari fissured tongue sampai saat ini belum diketahui tetapi faktor keturunan memiliki peranan penting dan prevalensi tinggi terjadi pada penderita down syndrome dan malkerson rosenthal syndrome. Beberapa penelitian telah melaporkan terjadi pada anak- anak dengan riwayat alergi, serta pasien dengan geographic tongue menderita fissured tongue pada waktu yang bersamaan.5,11 Terdapat hubungan yang kuat antara geographic tongue dan fissured tongue tetapi belum diketahi penyebabnya. Fissured tongue dapat menjadi retensi mikroorganisme dan debris makanan yang menyebabkan terjadinya iritasi lokal, halitosis, infeksi dan peradangan. Biasanya muncul gejala disebabkan karena adanya infeksi sekunder jamur pada dasar fissured, sehingga jika timbul bersamaan dengan geographic tongue maka akan menjadikan suatu kondisi yang lebih dapat memperparah keluhan.9,11,20 Laporan kasus
ini dilakukan pemeriksaan pewarnaan kalium hidroksida (KOH) jamur dan hasilnya tidak ditemukan adanya hypha jamur sehingga dapat disimpulkan bahwa keluhan rasa nyeri bukan dikarenakan infeksi jamur. Terlepas dari adanya beberapa laporan tentang faktor-faktor yang terlibat dalam etiologi geographic tongue namun mekanismenya sampai saat ini belum dapat ditentukan secara pasti.8,11,12 Beberapa peneliti telah mengklasifikasikan faktor predisposisi yaitu kelainan bawaan, genetik, peradangan kronis, dihubungkan dengan penyakit sistemik seperti psoriosis, faktor hormonal, faktor psikologis, obat-obatan, defisiensi vitamin (vitamin B6, vitamin B12, asam folat, zat besi dan zinc), reaksi alergi, dan makanan.8,11,12 Reaksi alergi biasanya terjadi pada pasien yang memiliki riwayat keluarga alergi, seperti asma, eksim kulit, hay fever, secara umum nilai serum imunoglobulin E diatas normal, dan lebih cenderung terdapat geographic tongue.8,11,12 Geographic tongue juga dihubungkan dengan kepekaan atau sensitif pada lidah terutama terhadap makanan pedas dan panas.8,11,13,20
Baca juga :Penatalaksaan diskolorasi gigi pasca perawatan endodontik dengan teknik walking bleach  Baca juga : Sariawan tanpa COVID-19?
Hasil pemeriksaan immunoglobulin-E pada pasien ini menunjukkan dalam batas normal, sehingga reaksi alergi bukan merupakan pemicu pada kasus ini. Berdasarkan hasil anamnesis diketahui bahwa pasien memilki riwayat mengkonsumsi makan-makanan pedas dan panas hampir setiap hari, sejak satu tahun yang lalu. Hal ini dapat mengarah kepada dugaan sebagai faktor pemicu karena pola makan makanan pedas dan panas yang rutin dikonsumsi tersebut dapat menjadi faktor iritan pada permukaan mukosa lidah, sehingga menyebabkan keluhan perih pada pasien ini. Papila filiformis mengandung lapisan yang relatif tebal pada epitel skuamosa berkeratin yang dapat melindungi dari rangsangan kimiawi, mekanik, dan fisik,21 pada geographic tongue terdapat daerah eritromatous yang menggambarkan atropi papila atau depapilasi yang mengakibatkan menjadi lebih peka atau sensitif tehadap rangsangan makanan pedas dan panas.8,11,21 Pemeriksaan hematologi pada laporan kasus ini menunjukkan nilai hemoglobin berada di bawah batas normal. Kondisi ini mengarah kepada adanya anemia defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dapat dicurigai salah-satunya adalah kekurangan satu atau beberapa jenis kandungan nutrisi, seperti zat besi, vitamin B12, asam folat, dan juga elemen lain seperti tembaga, yang sering ditemukan di masyarakat. Defisiensi nutrisi menghambat diferensiasi dari pertumbuhan sel epitel. Akibatnya proses diferensiasi menjadi stratum korneum epitel tidak terjadi dan mukosa oral menjadi lebih tipis karena kehilangan keratinisasi normal. Hal ini muncul dalam bentuk atrofi yang mudah menjadi ulser.
Defisiensi asam folat dan vitamin B12 dapat menyebabkan kerusakan sel imunitas karena menurunnya aktifitas bakterisid pada leukosit PMN dan antibodi yang berakibat pada abnormalitas jaringan epitel. Defisiensi zat besi selain mengakibatkan terjadinya atrofi papila, juga dapat menimbulkan peradangan, nyeri, dan sensasi terbakar.22 Anemia defisiensi nutrisi sebagian besar asimptomatik,23,24 dan di masyarakat seluruh dunia defisiensi zat besi merupakan penyebab pertama anemia defisiensi nutrisi.23 Negara-negara berkembang memiliki angka penderita anemia defisiensi nutrisi yang tinggi karena rendahnya asupan nutrisi yang mengandung zat besi pada anak-anak dan remaja.25 Seblak yang termasuk kedalam makanan jajanan (fast food dan junk food) cenderung mengandung tinggi kalori, gula, lemak, dan garam namun mengandung rendah protein, serat, vitamin, dan mineral sehingga asupan dari makanan jajanan ini dapat mempengaruhi status gizi seseorang.26 Pola makan yang buruk secara signifikan dikaitkan dengan peningkatan penyakit di rongga mulut.27 Pasien laporan kasus ini memilki kebiasan konsumsi seblak yang termasuk kedalam makanan rendah nutrisi serta pedas dan panas hampir setiap hari, sehingga hal ini dapat memicu variasi normal lidah yang semula asimptomatik menjadi simptomatik. Pasien merasakan rasa perih karena kebiasaan tersebut telah menyebabkan iritasi pada permukaan mukosa lidahnya. Kondisi pasien mengalami perbaikan signifikan setelah 3 minggu terapi, serta menghilangkan kebiasaan makan makanan pedas dalam masa tersebut. Selanjutnya untuk mencegah kekambuhan, pasien diminta untuk meningkatkan asupan makanan yang bergizi, menjaga kebersihan lidah, mengkonsumsi cukup air putih, dan tidak mengkonsumsi makanan yang menyebabkan atau memicu iritasi lidah lagi.

SIMPULAN

Kondisi variasi normal pada lidah yang semula asimtomatik dapat menjadi simtomatik akibat iritasi makanan panas dan pedas, serta kondisi anemia yang menyertai.

Catatan editorial :

Jurnal ini pertama kali terbit pada 28 Februari 2021 pada Jurnal UNPAD Penulis : Nuri Fitriasari1*, Tenny Setiani Dewi2, Etis Duhita Rahayuningtyas2
Korespondensi: nuri.fitriasari@gmail.com

DAFTAR PUSTAKA

  1. Mushatat SF, Khalaf AA. A clinical study about Oral lesions and normal variants of the Oral Mucosa. J Pharm Sci Res. 2018;10(7):1755–7.
  2. Vishram S. Anatomy head, neck and brain. 2nd Ed. New Delhi: Elsevier; 2014. 189–194 p.
  3. Chauhan AS, Saha S, Reddy LVK, Sinha PM. Prevalence of Oral Mucosal Lesions and Normal Variants of the Oral Mucosa in 12 to 15-year-old School Students in Lucknow – A Cross-Sectional Survey. Int J Oral Care Res. 2018;6(1):50–3.
  4. Sudarshan R, Vijayabala GS, Samata Y, Ravikiran A. Newer Classification System
for Fissured Tongue : An Epidemiological Approach. J Trop Med. 2015 June; 1–5. DOI: 10.1155/2015/262079
  1. Musaad AH, Abuaffan AH, Khier E. Prevalence of Fissured and Geographic Tongue Abnormalities among University Students in Khartoum State, Sudan. J Enzym Eng. 2015;5(1):1–5. DOI: 10.4172/2329- 6674.1000137
  2. Cobourne MT, Iseki S, Birjandi AA, Al-lami HA, Thauvin-robinet C, Xavier GM, et al. Cellular and molecular regulation of muscle and connective tissue formation during mammalian tongue development. Semin Cell Dev Biol. 2018;30(30):1–10. DOI: 10.1016/j. semcdb.2018.04.016
  3. Koesoemah HA, Dwiastuti SAP. Histologi dan anatomi fisiologi manusia. 1st ed. 2017; h. 205
  4. Rezaei F, Safarzadeh M, Mozafari H, Tavakoli P. Prevalence of Geographic Tongue and Related Predisposing Factors in 7-18 Year- Old Students in Kermanshah , Iran 2014. Glob journal Heal Sci. 2015;7(5):91–5. DOI: 10.5539/gjhs.v7n5p91.
  5. Hernawati S. Management of Geographic Tongue, Fissure Tongue, and Oral Candidiasis

Tags :

#anemia. #diskon alat kesehatan gigi #fissured tongue #Geographic tongue #makanan pedas dan panas #variasi normal lidah

Bagikan produk ke :