Jakarta, belakangan jadi hari-hari yang berbeda bagi Yuyun Gunanto. Pandemi virus corona membuat dokter gigi yang juga biasa melangsungkan praktik pribadi ini, kini jadi hanya menjalankan tugas di RS PMI Bogor.
Itu pun hanya untuk tindakan darurat yang perlu segera ditangani. Selebihnya, Yuyun mengalihkan layanan melalui konsultasi online via WhatsApp.
Pasien biasanya diminta untuk mengirimkan foto gigi atau mulut yang sakit. Lalu, dokter akan memberikan penanganan yang bisa dilakukan di rumah. Keluhan berupa gigi sakit dan gusi bengkak, jadi yang paling banyak diterima Yuyun.
baca juga :skincare untuk dokter di era masker & APD
Sebuah studi menunjukkan, dokter gigi termasuk dalam profesi yang berisiko tinggi tertular Covid-19. Pasalnya virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) ini menular melalui droplet yang ada pada saluran pernapasan, termasuk air liur dari mulut.
Yuyun sadar betul soal itu. “Yang artinya, kami sebagai dokter gigi langsung berhadapan dengan droplet tersebut, tanpa menunggu orang tersebut, berbicara, batuk atau bersin,” kata dia.
Data dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia, hingga saat ini terdapat lima dokter gigi yang meninggal dunia terkait dengan Covid-19 di Indonesia.
Demi mencegah risiko sekaligus mengerem laju penyebaran Covid-19, pembatasan tindakan pun dilakukan.
“Beberapa tindakan yang dapat menimbulkan airborne, sebaiknya benar-benar tidak dilakukan. Seperti scaling dan pengeboran dengan bur kecepatan tinggi bisa menyebabkan airborne sehingga terbentuk partikel-partikel kecil yang membuat partikel tersebut melayang. Berdasarkan jurnal terbaru partikel airborne dapat membawa Covid-19 bertahan hingga 8 jam,” Yuyun menuturkan.
Yuyun, juga banyak dokter gigi lainnya di Indonesia mesti menutup praktik. Kalaupun ada yang menjalankan praktik untuk penanganan darurat, maka pencegahan ketat wajib diterapkan.
Foto: CNNIndonesia/Asfahan ahsyi |
Pelbagai tahapan harus dilalui demi meminimalkan penyebaran virus penyebab Covid-19.
Pertama, adalah screening awal saat pendaftaran pasien. Pasien mesti melewati beberapa pertanyaan sebelum masuk ke ruangan praktik. Hanya pasien yang bersifat darurat atau emergency seperti sakit yang luar biasa, trauma fraktur gigi, perdarahan yang sulit dihentikan, yang akan ditangani.
Selain dari yang bersifat darurat, Yuyun akan menunda perawatan.
“Jika memang masih memungkinkan untuk menunda suatu perawatan gigi, kami akan tunda, disertakan edukasi-edukasi mengenai perawatan,” terang Yuyun yang merupakan lulusan FKG Universitas Padjadjaran dan Magister Manajemen Administrasi Rumah Sakit di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Setiap kali bertugas menangani pasien pun, dokter Yuyun tak lepas dari Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Mulai dari penutup kepala, masker N95, pelindung mata, pelindung wajah, baju gown, sarung tangan hingga, sepatu tertutup dengan penutup sekali pakai.
Sebagai dokter gigi, sebetulnya berat hati Yuyun menutup praktik mengingat sebagian orang masih membutuhkan jasanya. Tapi apa boleh bikin, imbauan pembatasan tetap harus dipatuhi demi tujuan yang lebih besar.
“Tentu saja ini tantangan terberat sebagai dokter gigi, sebagai tenaga kesehatan, kami juga berkewajiban terhadap pasien-pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan gigi. Namun untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, adalah membatasi pekerjaan yang sifatnya tidak emergency,” ungkap Yuyun.
sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200407140507-284-491268/kisah-dokter-gigi-di-tengah-pandemi-corona
What i do not understood is in truth how you are no longer actually a lot more well-preferred
than you may be now. You are very intelligent.
You recognize thus considerably with regards to this topic, produced
me in my view believe it from a lot of numerous angles.
Its like men and women are not fascinated unless it’s something to accomplish with Woman gaga!
Your personal stuffs nice. Always maintain it up!