Hubungan Pengetahuan & Dukungan Keluarga dengan Dental Anxiety pada Usia Dewasa Muda

Hubungan Pengetahuan & Dukungan Keluarga dengan Dental Anxiety pada Usia Dewasa Muda

Anxiety atau kecemasan merupakan gangguan mental umum yang berhubungan dengan respon psikofisiologis atau lebih dikenal sebagai respon “fight or flight”. Respon “fight or flight” akan memengaruhi sistem saraf simpatik yang berdampak pada peningkatan aktivitas kardiovaskular dan menstimulasi ekskresi neurotransmitter. Ini merupakan proses fisiologis bawaan yang tidak dapat dikendalikan.1 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia mencapai 9,8%, dan persentase pada usia 15-24 tahun mencapai 10%.2 Selain di Indonesia, gejala anxiety juga terjadi pada dewasa muda di Amerika dengan prevalensi sebesar 18,1%. Anxiety yang terjadi seperti panic disoder, obsessive-compulsive disorder (OCD), generalized anxiety disorder (GAD), post-traumatic stress disorder (PTSD) dan social or specific phobia.3,4 Anxiety rentan terjadi pada mahasiswa yang tergolong pada usia dewasa muda. Mahasiswa rentan mengalami anxiety karena faktor psikososial, yang meliputi status hubungan, tempat tinggal, situasi tempat tinggal, status ekonomi.5 Sedangkan menurut Beiter et al, faktor psikososial tersebut meliputi performa akademik, tekanan untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu, rencana setelah lulus, body image, dan rasa percaya diri. Faktor psikososial tersebut menyebabkan mahasiswa tidak dapat merespon stressor dengan tepat dan akurat.6 Respon yang tidak akurat dapat disebabkan oleh persepsi negatif pada lingkungan, persepsi negatif mengenai kemampuan individu untuk mengatasi stressor dan distorsi pemrosesan informasi. Anxiety dapat mengganggu proses belajar mengajar, sulit memusatkan perhatian, penurunan daya ingat dan lain sebagainya.7 Anxiety dalam bidang kedokteran gigi disebut sebagai dental anxiety atau odontophobia. Dental anxiety merupakan keadaan emosional ketika menghadapi aversive stimulus di masa depan dengan atau tanpa adanya ancaman fisik secara langsung, dan umumnya muncul dari dalam diri individu sebagai reaksi terhadap stress yang tidak realistis.8 Dental anxiety disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, dukungan keluarga, jenis perawatan gigi, phobia instrumen gigi, pengalaman traumatis, pengetahuan, dan lain sebagainya.9 Terdapat beberapa teori yang menjelaskan penyebab terjadinya dental anxiety, yaitu rangsangan khusus seperti penyuntikan anestesi lokal, instrumen gigi, bau obat-obatan,penggunaan rubber dam, dan suara bor gigi. Akibatnya, individu akan menunda berkunjung ke dokter gigi yang dapat menyebabkan kondisi rongga mulut dan angka kualitas hidup mengalami penurunan.9,10,11,12,13
Keluarga dan lingkungan yang menderita anxiety mengenai perawatan gigi dapat menjadi prediktor utama timbulnya anxiety pada individu, karena pengalaman buruk yang mereka alami akan memicu munculnya perspektif negatif pada individu terhadap perawatan gigi.14 Dukungan mental dari keluarga dapat meningkatkan semangat hidup pada pasien yang mengalami anxiety, sehingga keberhasilan dalam perawatan dapat meningkat dikarenakan mendapatkan dukungan emosional, instrumental, informatif, dan penghargaan dari keluarga.15 Kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut dapat memicu timbulnya anxiety dan rasa takut yang memengaruhi sikap individu saat dilakukan perawatan gigi. Hal tersebut akan meningkatkan stress pada dokter gigi karena individu menjadi tidak kooperatif. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan pengetahuan yang lebih mengenai prosedur perawatan gigi agar dapat mengurangi tingkat anxiety.16 Sementara, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winda17 yang menemukan bahwa tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan dental anxiety. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan pengetahuan serta dukungan keluarga dengan dental anxiety pada usia dewasa muda, yaitu mahasiswa Universitas Diponegoro”. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pengetahuan serta dukungan keluarga terhadap dental anxiety pada usia dewasa muda.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Diponegoro, Semarang. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa program studi kesehatan dan non kesehatan angkatan 2019 yang berjumlah 603 mahasiswa. Berdasarkan rumus sampel ditemukan sejumlah 234 sampel yang memenuhi kriteria penelitian. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2021 dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dalam bentuk google form, yang disebarkan kepada sampel melalui media sosial. Sebelum mengisi kuesioner, responden mengisi informed consent untuk meminta persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini.
Kuesioner penelitian terdiri dari kuesioner Modified Dental Anxiety Scale untuk mengukur tingkat dental anxiety dengan rentang skor 1 sampai 25,18 kuesioner pengetahuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut dengan rentang skor 0-100, serta kuesioner dukungan keluarga untuk mengetahui tingkat dukungan keluarga terhadap keluhan gigi dan mulut dengan rentang skor 0-100. Seluruh variabel penelitian menggunakan skala ordinal. Seluruh instrumen penelitian yang digunakan sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Instrumen pengetahuan memiliki nilai Cronbach’s alpha = 0,856; dan untuk instrumen dukungan keluarga adalah 0,805. Analisis uji statistik yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap dental anxiety adalah uji Mann-Whitney. Signifikansi statistik didasarkan pada nilai probabilitas p<0,05. Penelitian ini telah disahkan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro No. 245/EC/KEPK/FK-UNDIP/XI/2020.

HASIL

Kuesioner diberikan kepada responden yang dijadikan sampel penelitian melalui media sosial (Tabel 1). Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar (53,0%) responden berusia 19 Tahun, berjenis kelamin perempuan (72,6%) dengan pekerjaan orang tua sebagai PNS. Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar (59,3%) responden mengalami mild anxiety, dengan tingkat pengetahuan tergolong kurang (59,4%), dan mendapatkan dukungan keluarga yang cukup sebesar (71,4%). Responden yang pernah berkunjung ke dokter gigi sebagian besar mendapatkan jenis perawatan ekstraksi (26,5%), dan scaling (20,9%).
Tabel 3 menunjukkan bahwa mild anxiety lebih banyak dialami oleh responden dengan pengetahuan kurang (66,2%) dibandingkan dengan pengetahuan yang baik (46,3%). Sebaliknya, persentase mild anxiety hampir sama antara yang mendapatkan dukungan keluarga (56,9 %) maupun yang tidak mendapatkan dukungan (61,2%). Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan dental anxiety (p=0,012). Tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap dental anxiety (p= 0,471).
 

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia 19 tahun (53%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winda (2014) dimana sebagian besar responden berada pada usia dewasa muda (50%).17 Hasil tersebut didukung oleh pernyataan bahwa usia dewasa muda lebih rentan mengalami anxiety dikarenakan adanya faktor psikososial, yang meliputi status hubungan, tempat tinggal, situasi tempat tinggal, status ekonomi.5 Berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa sebagian besar adalah perempuan (72,6%). Hal ini didukung oleh penelitian Appukuttan (2015) dimana wanita memilki tingkat anxious lebih tinggi dibandingkan pria karena wanita cenderung lebih mudah mengakui ketakutan mereka, memiliki toleransi yang lebih rendah terhadap rasa sakit dan memiliki tingkat neuroticism yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.19 Berdasarkan jenis pekerjaan didapatkan bahwa sebagian besar adalah PNS (37,6%). Hal ini didukung oleh pernyataan yang diungkapkan oleh Hmud dan Walsh (2009) bahwa beberapa
penelitian membuktikan bahwa individu dengan status sosial ekonomi yang rendah cenderung lebih anxious dan takut terhadap tindakan perawatan gigi dibandingkan dengan individu dengan status sosial ekonomi menengah keatas. Hal ini terkait dengan perawatan gigi yang kurang umum bagi individu dengan status sosial ekonomi rendah.10 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat dental anxiety ringan (59,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh AL Jaseer et.al (2019) dimana sebagian besar responden memilliki tingkat anxiety ringan (65,2%).16 Hal ini dapat disebabkan karena tingkat anxiety seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, kematangan pribadi, harga diri, pengalaman dalam menghadapi tantangan, dan mekanisme koping yang digunakan.17 Berdasarkan jenis perawatan didapatkan hasil bahwa sebagian besar adalah ekstraksi gigi (26,5%). Hal ini sejalan dengan penellitian yang dilakukan oleh Nuranny (2016).20 Hal ini dapat disebabkan karena adanya rasa anxious yang dialami subjek yaitu rasa anxious terhadap timbulnya rasa sakit yang akan dirasakan saat ekstraksi gigi, anxious terhadap alat-alat yang digunakan, kesalahan tindakan yang akan dilakukan oleh dokter gigi, adanya penyakit sistemik, trauma dari pengalaman pribadi subjek, dan faktor keluarga atau teman.20 Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan terhadap dental anxiety didapatkan p value sebesar 0,012 yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap dental anxiety. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Omari (2009) yang menyatakan bahwa pengetahuan mengenai kesehatan gigi memengaruhi tingkat anxiety Individu ketika sedang mendapatkan perawatan gigi.18 Hal ini juga hampir sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Najlaa (2017) yang menemukan pasien dengan tingkat pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut yang tinggi cenderung memiliki tingkat dental anxiety yang rendah.19 Hal ini dapat disebabkan karena pasien yang memiliki tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang tinggi telah menerima informasi detail mengenai prosedur sebelum perawatan.19
Kurangnya pengetahuan mengenai perawatan gigi dapat mengakibatkan ketakutan dan anxiety yang dapat berakhir dengan kepatuhan dan sikap individu yang buruk. Hal ini akan menyebabkan dokter gigi sulit untuk memanipulasi individu dan dapat berdampak untuk meningkatkan tingkat stress dokter gigi itu sendiri. Beberapa individu yang mengalami anxiety diasumsikan menghindari menunjukkan gejala anxiety mereka agar tidak mengganggu dokter gigi selama melakukan prosedur perawatan gigi.21 Ketika individu akan mendapatkan tindakan perawatan gigi, sebaiknya dokter gigi memahami dan menilai tingkat anxiety individu tersebut terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dokter gigi untuk menghadapi kemungkinan sikap dan perilaku individu yang mengalami anxiety berlebihan ketika sedang mendapatkan perawatan gigi.21 Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan dukungan terhadap dental anxiety didapatkan p value sebesar 0,471 yang artinya tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap dental anxiety. Hal ini disebabkan presentase responden yang mendapatkan maupun tidak mendapatkan dukungan keluarga antara program studi kesehatan dan non kesehatan hampir sama. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang sesuai dengan penelitian milik Winda (2014), yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat anxiety. Individu dengan dukungan keluarga yang cukup cenderung masih memiliki rasa takut, kekhawatiran, dan anxiety yang berlebih terkait dengan perawatan gigi.17 Dukungan keluarga merupakan salah satu hal penting bagi individu karena dukungan karena dukungan tersebut sendiri sangat dibutuhkan setiap individu yang menderita sakit apapun. Individu akan merasa lebih nyaman, merasa dicintai, dipedulikan dan tidak merasa diasingkan bahkan tidak dianggap
sehingga menjadi pemicu utama timbulnya gejala anxiety dalam menjalani tindakan perawatan gigi.22 Keluarga diharapkan dapat menjadi pengaruh utama terhadap perilaku individu untuk memperbaiki diri kearah yang lebih baik. Kemampuan keluarga untuk memberikan dukungan akan memengaruhi keadaan psikologis individu ketika mengalami anxiety.23 Dukungan yang cukup umumnya dapat mengubah kondisi pasien yang mulanya kehilangan semangat hidup menjadi bertambah semangat, karena dukungan yang diberikan sangat penting untuk membantu pasien mengurangi rasa takut dan anxiety yang berlebih baik secara verbal maupun non verbal.23 Kehadiran keluarga dapat memberikan motivasi kepada individu yang akan mendapatkan perawatan gigi, bersamaan dengan dukungan yang diberikan akan membantu individu mengurangi anxiety yang berlebihan. Pada umumnya, individu dengan dukungan sosial yang kuat cenderung memiliki kerentanan yang rendah terhadap penyakit mental.24 Keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak mengeliminasi faktor-faktor lain penyebab munculnya dental anxiety, seperti usia, jenis kelamin, jenis perawatan gigi, phobia instrumen gigi, dan pengalaman traumatis.

SIMPULAN

Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan dental anxiety dan tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan dental anxiety.

Tentang Penulis :

Tira Hamdillah Skripsa1, Haniifa Yusiani Mumtaz1*, Ira Anggar Kusuma2, Yoghi Bagus Prabowo1 1Departemen Kedokteran, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Indonesia 2Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Diponegoro, Indonesia *Korespondensi: haniifaaym17@gmail.com Submisi: 30 April 2021; Penerimaan: 31 Agustus 2021; Publikasi online: 31 Agustus 2021 DOI: 10.24198/jkg.v33i2.33253

Daftar Pustaka

Sghaireen MG, Zwiri AM, Alzoubi IA, Qodceih SM, Al-Omiri MK. Anxiety due to Dental Treatment and Procedures among University Students and Its Correlation with Their Gender and Field of Study. Int J Dent. 2013; 2013: 647436. DOI: 10.1155/2013/647436. Kemenkes RI. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta Kemenkes RI. 2018. h. 154-166. Stafford E, Brister T, Duckworth K, Rauseo-Ricupero N, Lagan S. Needs and Experiences of Users of Digital Navigation Tools for Mental Health Treatment and Supportive Services: Survey Study. JMIR Ment Health. 2021; 8(6): e27022. doi: 10.2196/27022. Khoiriyah R, Handayani S. Kesehatan Mental Emosional Perempuan Penderita Kanker Di Indonesia. J Ke MasMarit. 2020; 3(2): 164-173. DOI: 10.3597/jkmm.v3i2. Chandratika D, Purnawati S. Gangguan Cemas pada Mahasiswa Semester I dan VII Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. E-Journal Medika Udayana. 2014;3(1):403-414. DOI: 11931-1-22033-1-10-20150129. Farrer LM, Gulliver A, Bennett K, Fassnacht DB, Griffiths KM. Demographic and psychosocial predictors of major depression and generalised anxiety disorder in Australian university students. BMC Psychiatry. 2016; 16(1): 1-9. DOI: 10.1186/s12888-016-1961-z. Beiter R, Nash R, McCrady M, et al. The prevalence and correlates of depression, anxiety, and stress in a sample of college students. Journal Affective Disorder. 2015; 173: 90-96. DOI: 10.1016/j.jad.2014.10.054. Tolvanen M, Puijola K, Armfield JM, Lahti S. Translation and validation of the Finnish version of the Index of dental anxiety and fear (IDAF-4C+) among dental students. BMC Oral Health. 2017;17(1):85. DOI: 10.1186/s12903-017-1375-4. Chowdhury CR, Khijmatgar S, Chowdhury A, Harding S, Lynch E, Gootveld M. Dental anxiety in first-and final-year Indian dental students. BDJ open. 2019; 5(1): 1-9. DOI: 10.1038/s4145-019-0017-9. Kurniawati D, Amalia DP. Dental anxiety dan keberhasilanperawatan endodonticspada anak usia prasekolah. J Ilmu Ked Gig. 2019;2(2): 1-4. Crofts-Barnes NP, Brough E, Wilson KE, Beddis AJ, Girdler NM. Anxiety and quality of life in phobic dental patients. J Dent Res. 2011; 89(3): 302-6. DOI: 10.117/0022034509360189. Farooq I, Ali S. A cross sectional study of gender differences in dental anxiety prevailing in the students of a Pakistani dental college. Saudi J Dent Re. 2015; 6(1):21-25. DOI: 10.1016/j.sjdr.2014/06/002. Harnilawati S. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. 1st ed. Pustaka As Salam; 2013. h. 35-45. Beaton L, Freeman R, Humphris G. Why are people afraid of the dentist? Observations and explanations. Medical Principles and Practice. 2014; 23(4): 295-301. DOI: 10.1159/000357233. Adianta IKA, Ismawan Y. Family Support In Caring For Patient With Fracture In Tabanan Hospital. J Riset Kes Nas. 2018; 2(1): 91-9. DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.101. Jasser RAL, Almashaan G, Alwaalan H, Alkhzim N, Albougami A. Dental anxiety among dental, medical, and nursing students of two major universities in the central region of the Kingdom of Saudi Arabia: a cross-sectional study. BMC Oral Health. 2019; 19(1): 56. DOI: 10.1186/s122903-019-0757.x. Winda RI, Nauli FA. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien fraktur tulang panjang pra operasi yang dirawat di rsud arifin achmad Pekanbaru. JOM PSIK. 2014; 1(2): 1-10. Yubiliana G, Raksanagara AS, Susilawati S. Dental Hypnosis Effectiveness to Cortisol Levels As Dental Anxiety Biomarker and Its Correlation with QoL. J Int Dent Med Res. 2021; 14(2): 639-644. Appukuttan D, Subramanian S, Tadepalli A, Damodaran LK. Dental anxiety among adults: an epidemiological study in South India. N Am J Med Sci. 2015; 7(1): 13. DOI: 10.4103/1947-2714.150082. Yahya NB. Gambaran kecemasan pasien ekstraksi gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) UNSRAT. Pharmacon. 2016; 5(1): 39-45. DOI: 10.35799/pha.5.2016.11222 Umberson D, Montez JK. Social relationships and health: a flashpoint for health policy. J Health Soc Behav. 2011; 51(Suppl): S54-66. DOI: 10.1177/0022146510383501. Romadoni S. Karakteristik Dan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Mayor Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Masker Med. 2016; 4(1): 108-15. DOI: 10.52523/maskermedika.v4i1 Ningsih SNWT. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Lansia Pre Operasi Katarak Di Poli Mata RSUD DR. R Koesma Tuban. J Kep. 2018; 11(1): 13-7. Smeltzer S, Bare BG. Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner & suddarth. 8th ed. Jakarta: EGC. 2013; 12(1): 40-5.
   
 

Tags :

#alat dan bahan kedokteran gigi #alat kesehatan dokter gigi #cobradental #dental anxeity #dental supplier #dental supplier aceh #dental supplier bali #dental supplier bandung #dental supplier bekasi #dental supplier bogor #dental supplier jakarta #Dental Supplier Jogja #dental supplier kediri #dental supplier makassar #dental supplier medan #dental supplier palembang #dental supplier surabaya #dental supply #dental supply bali #dental supply bandung #dental supply batam #dental supply bekasi #dental supply jogja #dental supply kediri #dental supply makassar #dental supply medan #dental supply padang #dental supply palembang #dental supply pontianak #dental supply samarinda #dental supply smarinda #dental supply surabaya #dental supply tangerang #diskon alat kesehatan gigi

Bagikan produk ke :