Impossible, We Can! Miracle, We Try!

Memberikan pelayanan di era JKN-BPJS memang memberikan tantangan yang menarik. Penanganan pasien pada segmen bawah yang biasanya setia menggunakan layanan mulia dari pemerintah tersebut kadang justru memberikan pengalaman yang menarik bagi praktisi yang bekerja di instansi yang bekerjasama dengan BPJS. Keterbatasan layanan yang dimiliki oleh pasien tidak harus diikuti dengan buruknya hasil pelayanan. Suatu hari pasien wanita usia 23 tahun datang ke poli gigi rumah sakit karena gigi depan patah setelah mengalami kecelakaan (gambar 1). Setelah dilakukan evaluasi oleh sejawat bedah mulut, tidak ditemukan kelainan skeletal dan pasien dirujuk ke bagian konservasi gigi untuk dilakukan upaya restorasi. Gigi 21 dengan fraktur Ellis kelas III melibatkan jaringan pulpa, pasien memiliki susunan gigi anterior yang berjejal yang memberi sedikit tantangan untuk diselesaikan. Gigi 21 yang terbuka ruang pulpanya dilakukan perawatan saluran akar sampai dengan obturasi. Kemudian dilakukan analisa posisi gigi dalam lengkung rahang dan ternyata gigi tersebut juga sedikit mengalami mesiopalatotorsiversi. Rencana yang dibuat adalah posisi gigi 21 akan disesuaikan dengan gigi 11 sehingga setidaknya pasien memiliki struktur gigi “normal” pada kedua insisivus sentralisnya. Ketika disimulasikan ternyata nantinya gigi 21 akan berkontak prematur dengan insisivus mandibula. Pilihannya ada dua, antara mengikuti posisi asli dari gigi 21 dan sekedar merestorasi saja atau melakukan perubahan posisi namun memiliki konsekuensi seperti disebutkan sebelumnya. Jika pilihan jatuh pada rencana pertama, maka tentu saja memudahkan bagi operator. Pasien adalah peserta BPJS yang kemungkinan akan menerima saja hasil perawatan, tapi apakah akan berhenti dan menyerah begitu saja? Tentu saja tidak, maka pilihan jatuh pada rencana kedua, ada pilihan lain sebenarnya tapi hampir tidak mungkin yaitu melibatkan perawatan ortodonsi, tapi jelas tidak akan mungkin dilaksanakan. Restorasi gigi 21 akan melibatkan prosedur restorasi crown build up dengan teknik direk menggunakan resin komposit, resin komposit yang digunakan juga bukanlah dari jenis yang seyogyanya digunakan tapi semoga juga tidak akan menjadi masalah. Masalah kontak prematur diselesaikan dengan melakukan sedikit penyesuaian (selective grinding) pada mesioincisal gigi 11 sehingga restorasi pada gigi 21 tidak menimbulkan kontak prematur dengan insisivus mandibula (gambar 2). Perubahan posisi sebelumnya yang mesiopalatotorsiversi juga dilakukan dengan menggunakan teknik pengaturan garis transisi pada permukaan labial, untuk mudahnya dapat dilakukan dengan menyesuaikan dengan garis transisi gigi 11. Selebihnya hanya dengan prosedur penumpatan biasa dan tidak ada yang istimewa, hanya saja pada kasus ini preparasi dilakukan hampir menyerupai preparasi tonggak untuk crown hanya tidak terlalu banyak mengurangi jaringan keras gigi. Karena masih menggunakan selluloid strip maka perlu banyak perhatian ditujukan pada titik kontak dengan gigi-gigi tetangga dan pada saat finishing perlu untuk memastikan bahwa dental floss dapat lewat dengan sempurna (gambar 3). Penulis: drg. Dimas Cahya Saputra, SpKG Sumber Ilustrasi: www.grillbar.org

Bagikan produk ke :