Penatalaksanaan Diskolorisasi Gigi Pasca Perawatan Endodontik dengan Teknik Walking Bleach

Penatalaksanaan Diskolorisasi Gigi Pasca Perawatan Endodontik dengan Teknik Walking Bleach

Pasien wanita berusia 20 tahun datang ke RSGM UNPAD dengan keluhan gigi depan atas kiri berwarna kecoklatan dan mengganggu penampilan. Gigi tersebut pernah dirawat saluran akar sekitar 8 tahun yang lalu dan mengalami perubahan warna setelahnya. Pasien ingin giginya dirawat dan diperbaiki penampilannya.
Hasil pemeriksaan fisik dan tanda vital menunjukkan tekanan darah 110/80mmHg, pernafasan 24x/menit dan nadi 78x/menit. Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan wajah simetris, bibir dan sendi temporomandibular tidak ada kelainan, kelenjar limfe submandibula kanan dan kiri tidak teraba dan tidak sakit. Pemeriksaan intraoral menunjukkan gigi 21 terdapat tumpatan komposit pada bagian mesio bukal dan palatal disertai diskolorisasi pada bagian sepertiga servikal. Pemeriksaan dengan panduan Vita shade classic menunjukkan gigi 21 berwarna C4 pada bagian servikal dan A2 pada daerah insisal. Hasil tes vitalitas, perkusi dan palpasi negatif dan tidak ada kelainan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya gambaran radiopak menyerupai bahan pengisi saluran akar gigi 21 yang tidak mencapai ujung apikal. Daerah periapikal tidak menunjukkan adanya lesi atau kelainan. Dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif maka diagnosa gigi 21 adalah previously treated gigi 21 (AAE, 2013) dengan prognosis baik. Rencana perawatan yang akan dilakukan adalah perawatan ulang saluran akar gigi 21 dilanjutkan bleaching internal dengan teknik walking bleach dan restorasi komposit direk kelas III.

Kunjungan I ( 30 Januari 2019)

Pemeriksaan subjektif, objektif, penentuan diagnosis dan rencana perawatan dilakukan, kemudian pasien diberikan informasi mengenai keadaan giginya dan segala tindakan perawatan yang akan dilakukan serta komplikasi yang mungkin terjadi. Pasien diminta untuk menandatangani lembar informed consent setelah mengerti dan setuju. Gigi 21 diisolasi menggunakan rubber dam. Akses kavitas dibuat dengan menembus tumpatan komposit pada bagian palatal menggunakan bur diamond bulat. Gutta percha di dalam saluran akar dibuang dengan menggunakan jarum headstrom. Kemudian dilakukan pengukuran panjang kerja dengan menggunakan apex locator dan dan didapatkan panjang saluran akar 22mm. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk konfirmasi pembuangan gutta percha di dalam saluran akar. Gambaran radiografis menunjukkan saluran akar sudah bersih dari bahan pengisi saluran akar, seperti yang tercantum dalam Gambar 2b.   supplier dental distributor dental
  Preparasi biomekanis dilakukan dengan menggunakan jarum protaper next (Dentsply) dengan master apical file X2. Irigasi dilakukan menggunakan NaOCl 5,25% dan aquades dengan agitasi ultrasonik. Saluran akar kemudian dikeringkan menggunakan paper point dan dilakukan pemberian medikasi intrakanal kalsium hidroksida serta ditutup tumpatan sementara.

Kunjungan II ( 22 Februari 2019)

Hasil evaluasi gigi 21 tidak ada keluhan dan tes tekan negatif. Gigi kemudian diisolasi menggunakan rubber dam dan tumpatan sementara dibuka. Preparat kalsium hidroksida di dalam saluran akar dibersihkan dengan menggunakan irigasi NaOCL 5.25% dan aquades kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point. Konfirmasi master cone gutta percha dilakukan dengan pemeriksaan radiologis. supplier dental distributor dental Gambaran radiografis trial obturasi menunjukkan gutta-percha sesuai dengan panjang kerja (Gambar 3). Tahapan selanjutnya dilakukan obturasi menggunakan gutta percha X2 dan sealer AH Plus (Dentsply) dengan teknik kondensasi lateral. Gutta-percha dipotong sampai batas orifis, kavitas dibersihkan dari sisa sealer, kemudian ditutup dengan flowable composite (SDR, Dentsply) dan ditutup tumpatan sementara. Setelah itu kembali dilakukan pemeriksaan radiologis untuk mengkonfirmasi hasil obturasi (Gambar 4).  

Kunjungan III ( 13 Maret 2019)

Pasien datang kembali untuk kontrol pasca obturasi gigi 21. Keluhan pasien tidak ada, gigi tidak sensitif pada pemeriksaan perkusi, tekan, dan palpasi, jaringan sekitar dalam keadaan normal, kemudian dilakukan pemeriksaan radiologis. Gambaran radiografis menunjukkan tidak ada kelainan pada jaringan periapikal (Gambar 5).
supplier dental distributor dental Setelah dipastikan kontrol pasca obturasi yang baik, prosedur bleaching internal dengan teknik walking bleach dilakukan. Warna gigi 21 dikonfirmasi kembali dengan panduan warna Vita shade classic dengan hasil warna A4 sedangkan gigi 11 memiliki warna A2 (Gambar 6). Panjang mahkota gigi 21 diukur dengan menggunakan probe untuk mengetahui letak orifis didapatkan hasil 9 mm. Tumpatan sementara dibongkar kemudian semen base SDR pada orifis saluran akar dibuang. Pengambilan gutta percha sebanyak 3 mm di bawah orifis menggunakan tip diamond bulat dengan ultrasonik handpiece (Gambar 7a-b). Aplikasi semen ionomer kaca tipe 3 sebagai barrier diatas gutta percha pengisi saluran akar (Gambar 7c). Barrier semen ionomer kemudian dibentuk menyerupai bentuk ‘Bobsled tunnel’ untuk melindungi cemento enamel junction (CEJ) dan bagian servikal gigi dari bahan bleaching. Bahan bleaching pasta Hidrogen Peroksida 35% (OpalescenceTM Endo) diaplikasikan pada kamar pulpa kemudian ditutup semen ionomer kaca tipe 2 (Gambar 7d). Pasien diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu kemudian.

Kunjungan IV (20 Maret 2019)

https://cobradental.co.id/wp-content/uploads/2021/04/Screen-Shot-2021-04-01-at-09.14.25.png Kontrol bleaching internal dilakukan 1 minggu pasca aplikasi bahan bleaching. Pasien tidak merasakan ada keluhan, tes perkusi memberikan hasil negatif, dan jaringan sekitar dalam keadaan normal. Pemeriksaan klinis tampak tumpatan semen ionomer kaca masih melekat dengan baik. Pemeriksaan dengan panduan warna Vita Master menunjukkan warna gigi 21 berubah 10 tingkat dari warna semula A4 menjadi warna A2 menyerupai warna gigi sebelahnya (Gambar 8a). Tumpatan semen ionomer kaca dibongkar dan
pasta H2O2 35% di dalam kamar pulpa dibersihkan dan dikeringkan. Setelah itu diaplikasikan pasta Kalsium Hidroksida pada kamar pulpa dan diberikan tumpatan bahan semen ionomer kaca (Gambar 8b). Pasien diinstruksikan untuk datang kembali 2 minggu kemudian.

Kunjungan V (9 Mei 2019)

Pasien datang kembali tanpa ada keluhan, tes perkusi memberikan hasil negatif, dan jaringan sekitar dalam keadaan normal. Pemeriksaan dengan panduan warna Vita Master tetap menunjukkan warna A2 sama seperti kunjungan sebelumnya. Tumpatan semen ionomer kaca dibongkar dan pasta kalsium hidroksida dibersihkan dan dikeringkan. Setelah itu dilakukan restorasi dengan komposit direk (Gambar 9). supplier dental distributor dental

PEMBAHASAN

Diagnosis yang tepat mengenai penyebab diskolorasi gigi menentukan keberhasilan perawatan bleaching internal. Pemeriksaan menyeluruh sebelum prosedur bleaching harus dilakukan diantaranya riwayat dental dan medis pasien, riwayat keluarga, gangguan sistemik atau genetik, pengobatan yang telah dan sedang dijalankan. Rencana perawatan kemudian dapat disusun dengan mempertimbangkan ekspektasi pasien.1,8 Diskolorisasi atau pewarnaan gigi dapat dibedakan menjadi diskolorisasi intrinsik dan ekstrinsik atau kombinasi keduanya. Diskolorisasi ekstrinsik terjadi pada permukaan eksternal gigi dan dapat dengan mudah dihilangkan dengan pasta abrasif, polishing dan scaling. Diskolorisasi intrinsik terjadi karena adanya zat kromogenik
yang masuk ke dalam email atau dentin. Zat kromogenik dapat berasal dari produk bakteri, sisa jaringanpulpa,ataupunkomponendarahgigiyang nekrosis yang masuk ke dalam tubulus dentin dan menyebabkan pewarnaan pada dentin sekitarnya. Sisa sealer, medikamen saluran akar, bahan restoratif, dan gutta percha pada kamar pulpa juga akan menyebabkan pewarnaan. Semakin lama bahan- bahan ini berdiam di dalam kamar pulpa akan semakin dalam penetrasi zat- zat ini dalam tubulus dentin sehingga diskolorisasi gigi akan semakin terlihat. Diskolorisasi gigi karena pulpa yang nekrosis maupun karena bahan- bahan endodontik dapat ditangani dengan prosedur bleaching.1,3,4,8 Gigi insisivus sentral kanan atas pada kasus ini telah menjalani perawatan endodontik 8 tahun sebelumnya dan kemudian berubah warna setelahnya. Pasien tidak pernah mengalami trauma pada giginya serta tidak memiliki riwayat penggunaan antibiotik dengan jangka waktu panjang. Perubahan warna kuning kecoklatan dominan terlihat pada sepertiga servikal mahkota gigi pasien ini sehingga disimpulkan penyebab pewarnaan gigi disebabkan oleh sealer endodontik yang tertinggal pada kamar pulpa. Bleaching pada gigi pasca perawatan endodontik yang mengalami diskolorisasi merupakan pilihan yang lebih konservatif dibandingkan perawatan estetik invasif seperti restorasi full crown atau veneer.2,5 Zarow2 menyarankan dilakukannya prosedur bleaching internal sebelum pembuatan restorasi full crown non logam atau veneer agar diperoleh hasil estetik yang maksimal karena kedua restorasi ini dipengaruhi oleh karakteristik transmisi cahaya dan warna gigi yang direstorasi. Bleaching menjadi pilihan pada kasus ini dikarenakan struktur gigi di bagian labial masih utuh dan dapat di restorasi dengan komposit direk. Pembuatan restorasi full crown dihindari karena akan membuang sisa struktur gigi yang ada serta membutuhkan biaya yang lebih besar. Teknik bleaching modern memiliki prinsip dasar sebagai proses oksidatif yang memecah molekul pigmen. Proses oksidasi diinisiasi oleh senyawa aktif peroksida. Peroksida aktif yang berperan dalam proses bleaching merupakan turunan dari hidrogen peroksida dan karbamid peroksida. Hidrogen peroksida akan berdifusi ke dalam email dan dentin lalu memecah menghasilkan radikal bebas yang tidak stabil antara lain hidroksil (HO·), perhydroxyl (HOO·), anion perhydroxyl (HOO ̄), dan anion superoksida (OO· ̄). Radikal bebas tersebut akan memecah rantai molekul ikatan rangkap pigmen/ kromofor pada jaringan gigi sehingga terjadi perubahan dalam konfigurasi dan ukuran pigmen sehingga panjang gelombang cahaya yang dipantulkan berubah dan pewarnaan menjadi lebih pudar.1,8
Teknik walking bleach pada gigi non vital awalnya menggunakan campuran sodium perborate dan air suling. Sodium perborate akan terurai setelah berkontak dengan air dan melepaskan hidrogen peroksida. Penggunaan sodium perborate dan air kemudian dimodifikasi oleh Nutting dan Poe7 dengan menggunakan hidrogen peroksida 30% sebagai pengganti air untuk meningkatkan keefektifan bleaching. Haywood dan Heymann8 memperkenalkan karbamid peroksida yang juga dapat digunakan untuk bleaching intrakoronal. Bahan ini melepaskan hidrogen peroksida dan urea. Keefektifan sodium perborate, carbamide peroxide dan hidrogen peroxide pada bleaching internal tidak memiliki perbedaan yang signifikan.6,7 Kasus pada artikel ini mengadopsi teknik walking bleach dengan menggunakan hidrogen peroksida 35% dalam sediaan gel (OpalescenceTM Endo) karena sediaannya yang mudah didapatkan, mudah diaplikasikan dan efektif menghilangkan pewarnaan. Lapisan barrier yang adekuat harus dibuat sebelum dilakukannya prosedur bleaching internal. Penempatan barrier setebal 2 mm diatas bahan obturasi dapat meminimalkan resiko resorpsi akar servikal dengan cara menutup tubulus dentin dan melindungi ligamen periodontal dan puncak alveolar. Untuk menghindari pigmentasi lebih lanjut, lapisan pelindung harus berwarna putih atau berwarna gigi. 1,2 Penelitian yang dilakukan oleh Ordoñéz-Aguilera et al.9 merekomendasikan digunakannya GIC sebagai barrier bleaching internal karena mempunyai sealing ability yang baik dan dapat digunakan sebagai base untuk restorasi akhir. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa resin composite dan zinc fosfat memiliki sealing ability yang buruk sehingga harus dihindari sebagai barrier bleaching internal. Baca Juga : haruskah kita bleaching gigi? Baca Juga : jurnal : perawatan saluran akar pada gigi molar

Resiko terjadinya resorpsi akar servikal perlu diwaspadai pada bleaching internal. Kombinasi

faktor predisposisi seperti defek sementum yang mengekspos dentin, cedera ligamen periodontal yang memicu respons inflamasi, atau adanya infeksi dapat memicu terjadinya resorpsi servikal. Resorpsi akar servikal juga lebih sering terjadi pada gigi pasca trauma, pasien usia muda, penggunaan konsentrasi tinggi hidrogen peroksida yang dikombinasikan dengan panas, penempatan barrier yang tidak mumpuni, dinding servikal tipis, dan adanya microcrack yang terlihat pada daerah servikal.2,9,10 Resiko resorpsi akar servikal dapat dikurangi dengan aplikasi kalsium hidroksida intrakoronal selama 7–14 hari. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa penempatan pasta bleaching pada kamar pulpa dapat menurunkan pH hingga 6,5 pada permukaan akar gigi yang memicu terjadinya aktivitas osteoklas dan menyebabkan resorpsi akar servikal. Kalsium hidroksida dapat meningkatkan pH dan mencegah aktivitas osteoklas.2,11. Pencegahan terjadinya resorpsi akar servikal pada kasus ini digunakan barrier GIC setebal 2 mm yang dibentuk semilunar atau ‘Bobsled tunnel’ dari arah fasial dan bentuk ‘ski slope’ dari arah proksimal seperti yang direkomendasikan oleh Steiner dan West.12 Selain itu dilakukan aplikasi pasta Ca(OH)2 selama 2 minggu setelah didapatkan warna yang diinginkan untuk mengembalikan pH di daerah CEJ dan permukaan akar sekitarnya. Pasien juga diinstruksikan untuk melakukan kontrol rutin setiap 6 bulan untuk mengevaluasi hasil perawatan.

SIMPULAN

Teknik walking bleach merupakan salah satu pilihan perawatan yang dapat mengatasi diskolorisasi intrinsik pada gigi non vital pasca perawatan endodontik secara efektif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Setzer F. Bleaching Procedures. In: Hargreaves KM, Berman LH, Rotstein I, editors. Cohen’s Pathway of the Pulp. 11th ed. St. Louis:Mosby- Elsevier; 2016. p. e96–113. 2.  Maciej Zarow. How To Bleach Discolored Teeth. In: Zarow M, D’Arcangelo C, Felippe LA, Paniz G, Paolone G, editors. Endo Prosthodontics A Guide for Practicing Dentists. Warsawa: Quintessence Polska Publishing; 2017. p.144–81.
  1. Jahromi MZ, Navabi AA, Ekhtiari M. Comparing coronal discoloration between AH26 and ZOE sealers. Iran Endod J. 2011;6(4):146–9.
  2. Sayed MAA El, Etemadi H. Coronal discoloration effect of three endodontic sealers: An in vitro spectrophotometric analysis. J Conserv Dent. 2013;16(4):347–51. DOI: 10.4103/0972- 0707.114369
  3. Patil AG, Hiremath V, Kumar RS, Sheetal A, Nagaral S. Bleaching of a non-vital anterior tooth to remove the intrinsic discoloration. J Nat Sci Biol Med. 2014;5(2):476–9. DOI: 10.4103/0976-9668.136269
  4. Mittal R, Sood AG, Singla MG, Dhawan D. A comparative evaluation of efficacy of commercially available bleaching agents in non-vital teeth: An in vitro study. Saudi Endod J. 2015;5(1):33–7.
  5. Rokaya ME, Beshr K, Mahram AH, Pedir SS, Baroudi K. Evaluation of Extraradicular Diffusion of Hydrogen Peroxide during Intracoronal Bleaching Using Different Bleaching Agents. Int J Dent. 2015;2015(493795). DOI: 10.1155/2015/493795
  6. Alqahtani MQ. Tooth-bleaching procedures and their controversial effects: A literature review. Saudi Dent J. 2014;26(2):33–46. DOI: 10.1016/j.sdentj.2014.02.002
  7. Ordonez-aguilera JF, Maenosono RM, Oda DF, Francisco R, Mondelli L. Sealing ability of materials used as protective cervical barrier in internal tooth bleaching. RSBO. 2017;14(2):67–73.
10. Asgary S, Ramazani N, Rafiei A, Ramazani M. Coronal microleakage of three different dental biomaterials as intra-orifice barrier during nonvital bleaching. Dent Res J. 2015;12:581-8. DOI: 10.4103/1735-3327.170582. 11. de Sá PM, Jeronymo RDI, Yui KCK, da Silva EG, Huhtala MFRL, Torres CRG, et al. Effect of calcium hydroxide on pH changes of the external medium after intracoronal bleaching. J Contemp Dent Pract. 2011;12(3):158–63. DOI: 10.5005/jp-journals-10024-1027 12. Aschheim KW. Bleaching And Related Agents. In: Aschheim KW, Dale BG. Esthetic Dentistry: A Clinical Approach to Techniques and Materials, 3rd ed. St. Louis: Mosby-Elsevier; 2014. p. 252–80. 13. Martínez JR, Valiente M, Sánchez-Martín MJ. Tooth whitening: From the established treatments to novel approaches to prevent side effects. J Esthe Rest Dentis 2019;31(5):431- 40. DOI: 10.1111/jerd.12519 14. Parreiras SO, Favoreto MW, Lenz RE, Serra ME, Ferreira Borges CPF, Loguercio AD, et al. Effect of prior application of desensitizing agent on the teeth submitted to in-office bleaching. Braz Dent J 2020;31(3). DOI: 10.1590/0103- 6440202003365 15. Dewiyanti E, Mardiati E. Perawatan impaksi gigi kaninus dan gigitan bersilang anterior menggunakan teknik open window dan piggyback pada alat ortodonti straight wire. J Ked Gi Unpad 2019;31(1):28-36. DOI: 10.24198/jkg.v31i1.17979  
Jurnal ini pertama kali tayang di Website Jurnal kedokteran gigi Unpad  Penulis : Megafuri Chaya1*, Opik Taofik Hidayat2
Korespondensi: megafuri@gmail.com Submisi: 30 Januari 2020; Penerimaan: 22 Januari 2021; Publikasi online: 28 Februari 2021 DOI: 10.24198/jkg.v32i3.25996
 

Tags :

#alat dan bahan kedokteran gigi #alat kesehatan dokter gigi #bleaching #diskon alat kesehatan gigi

Bagikan produk ke :