Smile Recovery – Post Traffic Accident Trauma

Trauma gigi anterior sering terjadi pada pengendara kendaraan bermotor roda dua. Semakin banyaknya pengguna jalan raya, karakter buruk sebagian pengguna kendaraan bermotor dan masih buruknya fasilitas transportasi masal membuat insiden terjadinya kecelakaan cenderung meningkat. Pengguna kendaraan bermotor sebagian besar didominasi oleh masyarakat kelas menengah ke bawah sehingga insiden terjadinya kecelakaan pun didominasi oleh pengendara sepeda motor pada segmen tersebut. Gigi anterior yang mengalami fraktur terkait dengan insiden kecelakaan tentu saja berdampak negatif pada korban. Dampak paling utama adalah hilangnya faktor estetika wajah yang disebabkan oleh senyum yang tidak seperti sediakala, terutama apabila fraktur terjadi pada beberapa gigi anterior (multipel). Korban kecelakaan lalu lintas dengan kasus fraktur gigi multipel pada regio anterior dapat dipulihkan kembali walaupun kondisi ekonomi mereka berada pada segmen menengah ke bawah. Program BPJS dari pemerintah memberikan kemungkinan untuk dapat menolong korban kecelakaan tersebut. Terdapat beberapa metode untuk memulihkan gigi yang fraktur tersebut, yang paling terjangkau oleh fasilitas yang disediakan oleh pemerintah tentu saja adalah dengan menggunakan bahan tumpatan resin komposit. Bahan resin komposit yang tidak superior pun cukup memberikan hasil yang dapat diterima oleh pasien korban kecelakaan tersebut. Pasien wanita 34 tahun datang ke poli gigi dengan keluhan beberapa gigi depan yang patah, linu jika minum dingin tapi tidak terdapat keluhan linu spontan, kecelakaan terjadi 1 minggu yang lalu. Pasien merasa tidak percaya diri dengan kondisinya yang sekarang tetapi ragu apakah dengan fasilitas dari pemerintah, giginya dapat dipertahankan atau dicabut dan diganti dengan gigi tiruan. Pasien kemudian diberikan informasi bahwa giginya dapat dipulihkan. Prosedur perawatan dimulai dengan pemeriksaan obyektif dan direncanakan untuk dilakukan perawatan tumpatan kelas IV resin komposit pada gigi-gigi anterior yang fraktur. Tidak ditemukan kelainan pada jaringan pulpa yang mengharuskan dilakukannya perawatan saluran akar. Perawatan dimulai pada gigi 11 berturut – turut dilanjutkan dengan gigi 21 dan 22. Pemulihan gigi 11 akan sangat membantu untuk pemulihan gigi selanjutnya sebab pada gigi 11 masih cukup terlihat landmark anatominya dibandingkan dengan dengan gigi 21. Prinsip pemulihan anatomi gigi 11 seperti halnya beberapa kasus serupa yang pernah dimuat di dalam majalah ini juga berlaku untuk kasus ini. Beberapa hal seperti garis transisi permukaan labial ke beberapa arah seperti gingival, incisal, mesial dan distal harus menjadi patokan arah restorasi. Tahap tersebut sebaiknya dimulai sedari awal ketika operator mengaplikasikan lapisan komposit. Tujuan dari langkah tersebut adalah untuk menghindari hal-hal kecil yang mengganggu saat sudah sampai tahap finishing, misalnya seperti kontur berlebih, kontur berlebih akan menyulitkan sebab dapat menyebabkan hilangnya acuan landmark anatomi gigi sehingga walaupun dapat melihat hasil restorasi pada gigi 11 namun prosedur finishing akan menjadi lama dan berpotensi terjadi kegagalan pembentukan anatomi gigi. Pada kasus restorasi gigi anterior, ada sedikit tips untuk menghindari terjadinya step pada permukaan labial yang menyebabkan iregularitas permukaan labial sehinggga hasil akhir permukaan labial menjadi bergelombang. Pada akhir aplikasi komposit sebagai lapisan email, ambilah komposit dalam jumlah yang cukup banyak dan ratakan pada permukaan labial, ekses yang terjadi tinggal dipotong dan dibuang. Hal tersebut akan mengurangi hasil permukaan labial yang bergelombang dan risiko terjadinya gelembung udara. Gelembung udara akan menyebabkan permukaan labial dengan cekungan – cekungan kecil, cekungan tersebut akan memerangkap zat warna dari makanan dan minuman sehingga mudah terjadi diskolorasi. Kemudian bentuk embrasure baik labial, palatal dan incisal juga perlu diperhatikan. Selesainya restorasi gigi 11 akan memudahkan restorasi gigi selanjutnya baik gigi 21 maupun gigi 22. Pada kasus ini seperti halnya pada restorasi kelas IV dengan resin komposit, selalu muncul masalah mengenai pencegahan warna gelap rongga mulut. Jika tidak memiliki resin komposit dengan warna dentin dan email yang biasanya memiliki harga yang lebih tinggi dibanding resin komposit universal maka carilah resin komposit universal yang memiliki opasitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan warna komposit universal yang biasanya dipakai. Komposit universal dengan opasitas tinggi tersebut dapat diperlakukan sebagai lapisan dentin dan komposit universal yang biasa dipakai sehari – hari dapat diperlakukan sebagai warna email sebab memiliki yang lebih translusen. Apabila hal tersebut dirasa menyulitkan, solusi termudah adalah menggunakan komposit yang memang lazim digunakan dalam teknik multilayer yang paling tidak memiliki kategori warna dentin dan email walaupun harganya memang relatif lebih tinggi. Penulis: drg. Dimas Cahya Saputra, SpKG

Bagikan produk ke :