Tak Peka Rasa & Bau Gejala Coronavirus Baru? Apakah Benar ?

Tak Peka Rasa & Bau Gejala Coronavirus Baru? Apakah Benar ?

Gejala coronavirus (Covid-19) yang paling umum dan diketahui sejauh ini, meliputi demam, batuk kering, merasa lemas, dan sesak napas. Ada pula gejala virus corona yang tidak umum, tetapi dialami oleh beberapa orang, seperti hidung berair, sakit tenggorokan, badan terasa pegal-pegal, dan diare. Namun, baru-baru ini, perkumpulan dokter Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) di Inggris, ENT UK, melaporkan gejala coronavirus lainnya yang patut diwaspadai, yaitu tak peka bau dan rasa atau hilang indera penciuman dan pengecapan secara tiba-tiba. Lantas, benarkah demikian? [caption id="attachment_9617" align="aligncenter" width="781"] Tak peka rasa dan bau pada pasien coronavirus (Covid-19)[/caption]     Virus corona atau Covid-19 adalah jenis penyakit infeksi yang menyerang sistem pernapasan. Maka dari itu, gejala yang ditimbulkan tentu tidak jauh dari gangguan pernapasan serta berkurangnya kemampuan indera penciuman dan pengecapan. Tak peka bau dan rasa merupakan laporan gejala coronavirus baru yang disampaikan oleh sejumlah dokter THT dari The Royal College of Surgeons, Inggris. Pada laporan tersebut, dikemukakan bahwa hilangnya indera penciuman atau anosmia memang kerap terjadi saat seseorang terinfeksi virus. Bahkan, sekitar 40 persen kasus anosmia pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan atas. Seiring bertambahnya jumlah pasien positif virus corona Covid-19 di berbagai negara, ternyata sebanyak 10-15 persen di antaranya mengalami kondisi yang serupa. Selain hilang penciuman, pasien positif Covid-19 juga dapat mengalami gejala berupa hilang pengecapan atau dysgeusia. Akan tetapi, tingkat keparahannya berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang kemampuan mencium dan mengecapnya hanya berkurang, tetapi bukan berarti hilang sama sekali. Gejala hilang penciuman pada pasien Covid-19 sudah pernah dilaporkan oleh sejumlah negara di dunia. Pada sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Februari lalu, di Korea Selatan, terdapat sekitar 30% dari 2.000 orang pasien positif virus corona mengalami gangguan penciuman. Sedangkan di Jerman, hasil penelitian University Hospital Bonn menunjukkan sekitar 70% atau lebih dari 100 pasien mengeluhkan hilangnya penciuman dan pengecapan selama beberapa hari. Kasus serupa juga ditemukan di Iran, Prancis, Italia bagian utara, hingga Amerika Serikat. Dr. Claire Hopkins selaku presiden British Rhinological Society menyatakan bahwa ia telah memeriksa empat pasien, yang semuanya di bawah usia 40 tahun, selama seminggu terakhir tidak menunjukkan gejala coronavirus selain hilang penciuman. Mereka tidak mengalami gejala umum, seperti demam, batuk kering, atau sesak napas, dan malah mengalami gangguan tak peka bau dan rasa. Menurutnya, orang yang mengalami gejala hilang penciuman kemungkinan besar merupakan pasien yang tanpa sadar dapat berisiko memperluas penyebaran virus corona. Bahkan, ENT UK dalam laporannya menyarankan agar orang yang mengalami gejala tak peka bau dan rasa untuk melakukan karantina diri selama setidaknya tujuh hari guna mencegah penularan pasien Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala penyakit.

Tak peka rasa dan bau belum tentu gejala coronavirus

World Health Organization (WHO) ataupun Centers for Disease Control and Prevention (CDC) hingga kini belum mengonfirmasi tak peka bau dan rasa sebagai gejala Covid-19. Pasalnya, hasil temuan gejala tersebut masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Penetapan gejala virus corona secara sembarangan dapat menimbulkan kecemasan dan kepanikan pada orang-orang yang memang telah lama mengidap anosmia. Padahal, kondisi mereka mungkin saja disebabkan oleh alergi, infeksi sinus, tumbuhnya polip pada hidung, atau kualitas udara yang kurang baik. Jika semua orang yang mengalami anosmia diminta menjalani karantina diri, tentu akan ada banyak kasus coronavirus yang bersifat false positive atau salah. Ini artinya, seseorang positif virus corona tetapi sebenarnya kenyataannya adalah keliru.

Gejala virus corona yang patut diwaspadai

Infeksi virus corona atau COVID-19 memang menyerang sistem pernapasan. Tak ayal bila gejala coronavirus terbilang mirip dengan flu biasa. Gejala infeksi virus corona sebenarnya bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya. Umumnya, gejala coronavirus dapat muncul 4-10 hari setelah terpapar dari orang yang menderita. Secara umum gejala coronavirus yang utama, antara lain:
  • Demam tinggi
  • Batuk kering
  • Merasa lemas
  • Sesak napas
Gejala-gejala tersebut biasanya tergolong ringan dan dapat muncul secara bertahap. Penderita COVID-19 juga bisa mengalami nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, pilek, atau diare. Namun, gejala ini jarang terjadi dan tidak khas pada penderita COVID-19.   sumber : sehatq penulis : Annisa Amalia Ikhsania, Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri

Bagikan produk ke :