Cobra menjawab: Mengapa anakku takut ke dokter gigi?

Cobra menjawab: Mengapa anakku takut ke dokter gigi?

Cobra Buddies, Anak-anak merupakan kelompok usia yang rentan mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut. Anak cenderung belum dapat menjaga kebersihan rongga mulut dengan baik selain itu, kebiasaan anak yang menggemari makanan dan minuman yang mengandung gula meningkatkan resiko terjadinya penyakit gigi dan mulut. Para orang tua tentunya tidak menginginkan hal ini terjadi. Karena tidak hanya mempengaruhi estetik, namun gangguan pada rongga mulut dapat menurunkan produktivitas anak dalam bermain dan belajar, mengganggu nafsu makan dan asupan nutrisi, hingga psikologis yang membuat anak menjadi rewel, dan gelisah. Perawatan kesehatan gigi dan mulut sejak dini sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Menurut American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) anak perlu ke dokter gigi sebelum berusia satu tahun atau saat gigi sulung pertamanya tumbuh. Namun, kebanyakan anak-anak kurang kooperatif selama proses perawatan sehingga dokter gigi mengalami kesulitan menangani pasien anak. Prevalensi kecemasan dental di seluruh dunia mencapai 6-15% dari seluruh populasi, namun cukup bervariasi di berbagai negara dan pada populasi sampel yang berbeda. Hasil penelitian di Indonesia ditemukan sebanyak 22% menyatakan rasa takut dan cemas terhadap perawatan gigi. Tentu itu bukan angka yang sedikit Cobra Buddies, sebagai dokter gigi kita harus memahami karakteristik setiap pasien termasuk pasien anak. Lalu apa yang membuat anak takut ke dokter gigi ya?
Baca Juga: Apakah Anak Saya Membutuhkan Dokter Gigi Khusus Anak?(Opens in a new browser tab) Baca Juga: COBRA DENTAL sumbangkan APD untuk Rumah sakit rujukan Covid-19(Opens in a new browser tab)
  • Dokter gigi dijadikan sebagai ancaman

Masih banyak orang tua yang salah memberikan pemahaman mengenai kesehatan gigi dan mulut pada anak. Terkadang ketika anak tidak mau menggosok gigi, orang tua akan menakut-nakuti mereka akan dibawa ke dokter gigi. Padahal hal ini justru akan membuat anak beranggapan bahwa ke dokter gigi adalah suatu hal negatif dan harus ia hindari.
  • Transmisi ketakutan dari sekitar

Anak sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya khususnya terhadap reaksi orang tua. Apabila orang tua menunjukkan rasa tidak nyaman dan cemas saat anak menjalani perawatan maka hal ini juga akan mempengaruhi reaksi anak sehingga mereka merasa takut.
  • Pengalaman masa lalu

Pengalaman trauma dental sebelumnya dapat mempengaruhi perasaan dan ingatan anak saat melakukan perawatan gigi dan mulut. Selain itu, ketakutan anak juga dapat berasal dari informasi teman atau orang terdekatnya yang memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan saat dirawat dokter gigi. Sehingga, kesan pertama anak saat pertama kali dirawat sangat penting diperhatikan.
  • Takut terhadap suatu objek

Terkadang anak takut akan darah, suara dari bur, atau bentuk tang yang digunakan. Cobra Buddies untuk menangani rasa takut pada anak, maka diperlukan kerja sama yang baik antara orang tua dan dokter gigi. Setelah orang tua mempersiapkan mental anak dan mengajarkan anak mengenai kesehatan gigi secara sederhana. Maka selanjutnya, strategi yang dapat dilakukan oleh dokter gigi, yaitu:
Baca Juga: Manfaat Teledentistry Bagi Anak-anak(Opens in a new browser tab) Baca Juga: Cara Mencegah dan Mengobati Karies Gigi pada Anak(Opens in a new browser tab)
  • Membuat ruangan tunggu dan perawatan ramah anak. Klinik perlu di dekorasi dengan gambar lucu seperti, kartun dengan warna yang cerah. Di ruangan tunggu, dapat dibuat children’s corner dengan beberapa mainan dan buku bacaan. Pada ruang perawatan, dokter gigi dapat meletakkan tv dengan siaran kartun animasi sebagai distraksi saat anak menjalani perawatan dan menggunakan kursi gigi dengan warna menarik, seperti  kursi gigi CX 8000 ini yang tersedia di Cobra dental.
  • Saat anak masuk ke ruangan perawatan, lakukan Tell-show-do. Misalnya, dokter gigi dapat mengenalkan terlebih dahulu kursi gigi pada anak, kemudian setelah anak duduk, kursi gigi jangan langsung diposisikan semi supine, namun dapat dinaik turunkan terlebih dahulu layaknya jungkat-jungkit. Alat-alat seperti, handpiece juga dapat didemonstrasikan terlebih dahulu dengan putaran lambat pada jari atau menanyakan cara biasanya anak menyikat gigi bagaimana lalu menunjukkan metode sikat gigi yang benar menggunakan model gigi. Dalam menjelaskan penting untuk menggunakan istilah yang tidak membuat anak menjadi takut, seperti,
  • Water syringe -> pistol air
  • Saliva ejector -> sedotan
  • Anestesi-> gigi ditidurkan
  • Rubber dam-> jas hujan gigi
  • Kaca mulut -> cermin gigi
Selain yang diatas, Cobra Buddies dapat eksplor lebih banyak lagi sekaligus bisa praktek langsung karena diagnostik set dan model gigi tersedia di Cobra dental!
  • Modelling merupakan Teknik yang dapat dilakukan dengan menunjukkan video dari anak lain yang sedang menjalani perawatan gigi sebagai model, sehingga diharapkan anak dapat mereplikasi perilaku perawatan yang baik.
Ini akan memudahkan Cobra Buddies saat perawatan, termasuk saat mengaplikasikan GC Tooth Mousse dan Caries stop Biodinamica yang merupakan perawatan penting untuk anak agar terhindar dari gigi berlubang.
  • Kontrol suasana. Anak dapat sangat sensitive terhadap suara dan bebauan. Sebisa mungkin dokter gigi peka terhadap ekspresi anak ketika tidak nyaman serta dapat mengatur ventilasi yang baik agar dapat meminimalkan bau yang ditimbulkan oleh bahan atau alat kedokteran gigi.
  • Pengakuan dan penghargaan. Selain dari orang tua pengakuan dan penghargaan pada anak oleh dokter gigi dapat menumbuhkan kepercayaan anak kepada dokter gigi. Secara berangsur, kegiatan ini dapat membuat anak menjadi akrab dengan dokter gigi dan memperkuat perilaku baik yang diulangi lagi atau diperbaiki pada perawatan berikutnya.
Perawatan pada pasien anak memang tidak mudah karena setiap anak memiliki karakteristiknya masing-masing tapi, tenang saja karena Cobra dental selalu ada untuk memenuhi kebutuhan perawatan anak untuk kamu Referensi: Maharani, S., Dewi, N., Wardani, Ika. 2021. Pengaruh manajemen perilaku kombinasi Tell-show-do dan penggunaan game smartphone sebelum prosedur perawatan gigi terhadap tingkat kecemasan dental anak. DENTIN jurnal kedokteran gigi; 1(1): 26-31 pp. Bunga’Allo,C.,Lampus, B.,Gunawan, P. 2016. Hubungan perasaan takut anak terhadap perawatan gigi dengan kebersihan gigi dan mulut di RSGM Unsrat Manado. Jurnal e-Gigi (eG); 4(2): 166-170 pp. Rahaswanti, Luh W.A. 2017.Manajemen pasien anak di bidang kedokteran gigi (Literature Review). Fakultas kedokteran gigi. Universitas Udayana. Karimi, M. 2018. Why are children afraid of dental work?. Diakses pada tanggal 13 Mei 2022.  https://lupinepublishers.com/dental-and-oral-health-journal/fulltext/why-are-children-afraid-of-dental-work.ID.000141.php#:~:text=Many%20factors%20are%20involved.,creation%20of%20children's%20dental%20fear.

Bagikan produk ke :